REHABILITASI EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE BARU
REHABILITASI EKONOMI ORDE BARU
Perkembangan ekonomi Indonesia
mengalami perkembangan mulai dari masa pemerintahan Presiden Soekarno yang
dikenal dengan zaman Orde Lama, kemudian mengalami perkembangan pada masa
pemerintahan Presiden Soeharto yang dikenal dengan zaman Orde Baru. Hingga
akhirnya zaman reformasi yang mengalami perubahan besar-besaran dalam aspek
ekonomi.
Perkembangan Ekonomi di
Indonesia
Menurut Mas’oed (1989), periode
kekuasaan di Indonesia, yaitu Orde Lama, Orde Baru dan reformasi, memiliki ciri
khas masing-masing yang akhirnya juga membawa dampak yang berbeda-beda bagi
perkembangan ekonomi Indonesia. Orientasi pembangunan yang dimaksud adalah
orientasi pembangunan keluar, yakni pembangunan dengan melakukan stabilisasi
ekonomi negeri dengan memanfaatkan sumber luar negeri dan pembangunan
berorientasi ke dalam, yang merupakan usaha stablisasi ekonomi dengan
memperkuat usaha-usaha dalam neger.
Orde Lama dibawah pimpinan
Soekarno bersikap anti bantuan asing dan berorientasi ke dalam. Soekarno menyatakan
bahwa nilai kemerdekaan yang paling tinggi adalah berdiri di atas kaki sendiri
atau yang biasa disebut “berdikari.” Soekarno tidak menghendaki adanya bantuan
luar negeri dalam membangun perekonomian Indonesia. Pembangunan ekonomi
Indonesia haruslah dilakukan oleh Indonesia sendiri. Bahkan Soekarno melakukan
kampanye Ganyang Malaysia yang semakin memperkuat posisinya sebagai oposisi
bantuan asing.
Semangat nasionalisme Soekarno
menjadi pemicu sikapnya yang tidak menginginkan pihak asing ikut campur dalam
pembangungan ekonomi Indonesia. Padahal saat itu di awal kemerdekaannya
Indonesia membutuhkan pondasi yang kuat dalam pilar ekonomi.
Sikap Soekarno yang anti bantuan
asing pada akhirnya membawa konsekuensi tersendiri yaitu terjadinya kekacauan
ekonomi di Indonesia. Soekarno cenderung mengabaikan permasalahan mengenai
ekonomi negara, pengeluaran besar-besaran yang terjadi bukan ditujukan terhadap
pembangunan, melainkan untuk kebutuhan militer, proyek mercusuar, dan dana-dana
politik lainnya.
Soekarno juga cenderung menutup
Indonesia terhadap dunia luar terutama negara-negara barat. Hal itu diperkeruh
dengan terjadinya inflasi hingga 600% per tahun pada 1966 yang pada akhirnya
mengakibatkan kekacauan ekonomi bagi Indonesia. Kepercayaan masyarakat pada era
Orde Lama kemudian menurun karena rakyat tidak mendapatkan kesejahteraan dalam
bidang ekonomi.
Kemudian fase baru dimulai dalam
perkembangan Indonesia, yakni masa Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto. Di era
Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto, slogan “Politik sebagai Panglima” berubah
menjadi “Ekonomi sebagai Panglima.” Karena pada masa ini, pembangunan ekonomi
merupakan keutamaan, buktinya, kebijakan-kebijakan Soeharto berorientasi kepada
pembangunan ekonomi.
Kepemimpinan era Soeharto juga
berbanding terbalik dengan kepemimpinan era Soekarno. Jika kebijakan Soekarno
cenderung menutup diri dari negara-negara barat, Soeharto malah berusaha
menarik modal dari negara-negara barat itu. Perekonomian pada masa Soeharto
juga ditandai dengan adanya perbaikan di berbagai sector dan pengiriman
delegasi untuk mendapatkan pinjaman-pinjaman dari negara-negara barat dan juga
IMF. Jenis bantuan asing ini sangat berarti dalam menstabilkan harga-harga
melalui “injeksi” bahan impor ke pasar.
Mochtar (1989) menegaskan, Orde
Baru berpandangan bahwa Indonesia memerlukan dukungan baik dari pemerintah
negara kapitalis asing maupun dari masyarakat bisnis internasional pada
umumnya, yakni para banker dan perusahaan-perusahaan multinasional. Orde Baru
cenderung berorientasi keluar dalam membangun ekonomi.
Langkah Soeharto dibagi menjadi
tiga tahap. Pertama, tahap penyelamatan yang bertujuan untuk mencegah agar
kemerosotan ekonomi tidak menjadi lebih buruk lagi. Kedua, stabilisasi dan
rehabilitasi ekonomi, yang mengendalikan inflasi dan memperbaiki infrastruktur
ekonmi. Ketiga, pembangunan ekonomi. Hubungan Indonesia dengan negara lain
dipererat melalui berbagai kerjasama, Indonesia juga aktif dalam organisasi
internasional, terutama PBB, dan penyelesaian konflik dengan Malaysia.
Awalnya bantuan asing sulit
diperoleh karena mereka telah dikecewakan oleh Soekarno, namun dengan berbagai
usaha dan pendekatan yang dilakukan kucuran dana asing tersebut akhirnya
diterima Indonesia.
Program Penyelamatan
Ekonomi Nasional di Masa Orde Baru
Untuk mengatasi keadaan ekonomi
yang kacau sebagai peninggalan pemerintah Orde Lama, pemerintah Orde Baru
melakukan langkah-langkah:
– Memperbaharui kebijakan
ekonomi, keuangan, dan pembangunan. Kebijakan ini didasari oleh Ketetapan MPRS
No. XXIII/MPRS/1966.
– MPRS mengeluarkan garis
program pembangunan, yakni program penyelamatan serta program stabilisasi dan
rehabilitasi.
Program pemerintah diarahkan
pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilisasi dan rehabilitasi
ekonomi. Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi
agar harga barang-barang tidak melonjak terus. Rehabilitasi ekonomi adalah
perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi.
Hakikat dari kebijakan ini
adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya
demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
Langkah-langkah yang diambil
Kabinet Ampera yang mengacu pada Ketetapan MPRS tersebut adalah:
– Mendobrak kemacetan ekonomi
dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan. Adapun yang
menyebabkan terjadinya kemacetan ekonomi tersebut adalah:
– Rendahnya penerimaan negara.
– Tinggi dan tidak efisiennya
pengeluaran negara.
– Terlalu banyak dan tidak
efisiennya ekspansi kredit bank.
– Terlalu banyak tunggakan
hutang luar negeri.
– Penggunaan devisa bagi impor
yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.
– Debirokrasi untuk memperlancar
kegiatan perekonomian
– Berorientasi pada kepentingan
produsen kecil
Untuk melaksanakan langkah-langkah
penyelamatan tersebut, maka pemerintah Orde Baru menempuh cara:[butuh rujukan]
– Mengadakan operasi pajak
– Melaksanakan sistem pemungutan
pajak baru, baik bagi pendapatan perorangan maupun kekayaan dengan cara
menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang.
– Menghemat pengeluaran
pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta menghapuskan subsidi bagi
perusahaan Negara.
– Membatasi kredit bank dan
menghapuskan kredit impor.
Program stabilsasi ini dilakukan
dengan cara membendung laju inflasi. Pemerintah Orde Baru berhasil membendung
laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968, tetapi harga bahan kebutuhan pokok
naik melonjak. Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968,
pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat
terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing.
Sejak saat itu ekonomi nasional relatif stabil, sebab kenaikan harga
bahan-bahan pokok dan valuta asing sejak tahun 1969 dapat dikendalikan
pemerintah.
Program rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan berproduksi. Selama sepuluh tahun terakhir masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada prasarana sosial dan ekonomi. Lembaga perkreditan desa, gerakan koperasi, dan perbankan disalahgunakan dan dijadikan alat kekuasaan oleh golongan dan kelompok kepentingan tertentu. Dampaknya, lembaga negara tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai penyusun perbaikan tata kehidupan rakyat.
Proses peralihan kekuasaan pasca G 30 S/PKI
menempatkan Jenderal Soeharto sebagai tokoh utama. Ketua MPRS Jenderal A.H.
Nasution melantiknya sebagai Pejabat Presiden RI tanggal 12 Maret 1967 dan
Soeharto dikukuhkan menjadi Presiden RI dalam Sidang Umum MPRS V tanggal 27
Maret 1968, kekuasaan Negara berada di tangan Jenderal Soeharto dan Orde Baru
pun lahir.
Lahirnya
Orde Baru
Orde Baru sebagai pembatas untuk memisahkan
antara periode kekuasaan Presiden Ir. Soekarno (Orde Lama) dengan periode
kekuasaan Presiden Soeharto. Orede Baru lahir sebagai sebagai upaya untuk :
• Mengoreksi
total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama.
• Penataan
kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa dan Negara Indonesia.
• Melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen.
• Menyusun
kembali kekuasaan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat
proses pembangunan bangsa.
Orde Baru menganut system pemerintahan
berdasarkan Trias Politika yaitu adanya pemisahan kekuasaan di pemerintahan yaitu
eksekutif, yudikatif dan legislatif.
Ciri-ciri pokok Kebijaksanaan Pemerintah Orde Baru
Sistem politik Orde Baru disokong oleh lima
Undang-Undang Politik yaitu : Undang-Undang No.1/1975 (Pemilu), Undang-Undang
No.2/1975 (Susunan dan Kedudukan MRP, DPR dan DPRD), Undang-Undang No.3/1975
(Partai Politik dan Golkar), Undang-Undang No.5/1985 (Referendum), dan
Undang-Undang No,8/1985 (Ormas)
Ciri-ciri pokok kebijakan pemerintah orde baru :
Kebijakan Bidang politik Dalam Negeri
1. Membuat
consensus nasional untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekwen serta konsesus mengenai cara-cara melaksanakan consensus utama dengan
tujuan untuk meraih stabilitas nasional.
2. Penyederhanaan
partai politik, selama orde baru hanya ada dua partai yaitu : Partai Persatuan
Pembangunan (fusi dari NU, Parmusi, PSII dan Perti) dan Partai Demokrasi
Indonesia (fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI dan Parkindo)
serta Golongan Karya (Golkar).
3. Keikutsertaan
TNI/Polri dalam keanggotaan MPR/DPR guna menciptakan stabilitas politik maka
pemerintah menempatkan peran ganda bagi ABRI, yaitu sebagai peran Hankam dan
Sosial, peran ABRI dikenal dengan dwifungsi ABRI.
4. Pemasyarakatan
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) Presiden Soeharto
mengemukakan gagasan Ekaprasetia Pancakarsa pada tanggal 12 April 1976 dan
gagasan tersebut ditetapkan sebagai ketetapan MPR dalam sidang umum tahun 1978
dan sejak itu secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat melaksanakan
penataran P4.
5. Mengadakan
Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat dengan disaksikan oleh Wakil
PBB pada tanggal 2 Agustus 1969.
6. Timor
Timur secara resmi menjadi bagian Indonesia pada bulan Juli 1976 dan dijadikan
Propinsi ke 27.
Kebijakan Bidang Politik Luar Negeri
1. Secara
resmi Indonesia kembali menjadi Anggota PBB pada tanggal 28 Desember 1966.
2. Pemerintah
Indonesia menyampaikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal
2 Juni 1966 kepada Perdana Menteri Lee Kuan Yew.
3. Persemian
persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul
Razak di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 1966.
4. Indonesia
menjadi pemprakarsa organisasi ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967.
Kebijakan Bidang Ekonomi
Ketika Presiden Soeharto memerintah keadaan
ekonomi dengan inflasi sangat tinggi 650 % setahun, langkah pertama adalah
mengendalikan inflasi dari 650 % menjadi 15 % dalam waktu hanya dua tahun dan
untuk menekan inflasi Soeharto membuat kebijakan dengan menertibkan anggaran,
menertibkan sektor perbankan, mengembalikan ekonomi dalam pasar, memperhatikan
sektor ekonomi dan merangkul Negara-negara barat untuk menarik modal.
Langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dalam
bidang ekonomi adalah :
1. Menerapkan cara militer dalam menangani
masalah ekonomi dengan mencanangkan sasaran
yang tegas, pelaksanaan pembangunan dilakukan secara bertahap yaitu
jangka panjang 25 – 30 tahun dan jangka pendek 5 tahun atau disebut
pelita/pembangunan lima tahun. Pedoman pembangunan adalah Trilogi pembangunan
yang meliputi :
• Pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya yang menujuh pada terciptanya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
• Pertumbuhan
ekonomi yang yang cukup tinggi.
• Stabilitas
nasional yang sehat dan dinamis.
Delapan jalur pemerataan meliputi hal-hal
sebagai berikut :
• Pemerataan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan dan perumahan.
• Pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
• Pemerataan
pembagian pendapatan.
• Pemerataan
kesempatan kerja.
• Pemerataan
kesempatan berusaha.
• Pemerataan
kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan
kaum perempuan.
• Pemerataan
penyebaran pembangunan di seluruhwilayah tanah air.
• Pemerataan
kesempatan memperoleh keadilan.
2. Memperoleh pinjaman dari Negara-negara
Barat dan lembaga keuangan seperti IGGI IMF dan Bank Dunia.
3. Liberalisasi perdagangan dan investasi
kemudian dibuka selebar-lebarnya. Inilah yang membuat Indonesia terikat pada
kekuatan modal asing.
Untuk menggerakan pembangunan tahun 1970 juga
menggenjot penambangan minyak dan pertambangan, pemasukan di migas meningkat
dari US$6 miliar pada tahun 1973 menjadi US$10,6 miliar tahun 1980.
4. Keberhasilan Presiden Soeharto membenahi
bidang ekonomi menyebabkan Indonesia mampu berswasembada pangan pada tahun
1980.
Kebijakan Bidang Pertanian
Modernisasi pada masa orde baru dikenal dengan
nama Revolusi Hijau. Dan revolusi ini mengubah cara bercocok tanam dari
tradisional ke modern. Pemerintah menggalakkan revolusi produksi biji-bijian
dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari berbagai
varitas, gandum, padi dan jagung yang mengakibatkan tingginya hasil panen
komoditas tersebut.
Upaya
yang dilakukan pemerintah di bidang pertanian adalah :
1. Intensifikasi
yang dikenal dengan Pancausaha tani, meliputi pemilihan bibit unggul,
pengolahan tanah yang baik, pemupukan, irigasi dan pemberantasan hama.
2. Ekstensifikasi yaitu memperluas lahan tanah yang dapat
ditanami dengan pembukaan lahan-lahan baru. Mengubah lahan tandus menjadi lahan
yang dapat ditanami dan membuka hutan.
3. Diversifikasi yaitu usaha penganekaragaman jenis tanaman
pada suatu lahan pertanian melalui system tumpang sari, usaha ini menguntungkan untuk mencegah
kegagalan panen pokok.
Kebijakan Bidang Industri
1. Mengembangkan
jaringan informasi, komunikasi dan transportasi untuk memperlancar arus komunikasi antarwilayah di Nusantara,
misalnya program satelit palapa.
2. Mengembangkan
industri pertanian.
3. Mengembangkan
industri minyak dan gas bumi.
4. Perkembangan
industri galangan kapal di Surabaya yang dikelola oleh PT. PAL Indonesia.
5. Pengembangan
Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kemudian berubah menjadi PT.
Dirgantara Indonesia.
6. Pembangunan
kawasan industri di daerah Jakarta, Cilacap, Surabaya, Medan dan Batam.
7. Sejak
tahun 1985 pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi di bidang industri dan
investasi.
Kebijakan Bidang Sosial Budaya dan Kemasyarakatan
1. Pemerintah
mengontrol pelajaran sejarah untuk anak sekolah melalui buku dan film G 30
S/PKI diputar TVRI setiap tahun pada tanggal 30 September. Pemerintah
menginginkan sebagai pengingat terhdap
bahaya laten PKI dan memuja kepahlawanan Jenderal Soeharto dan film lain adalah
Janur Kuning.
2. Pemerintah
mendukung Kirap Remaja Indonesia yaitu : Parade Keliling Pemuda Indonesia yang
diselenggarakan dua tahun sekali oleh Yayasan Tiara Indonesia pimpinan Siti
Hardijanti Rukmana (Mbak Tutut) sejak tahun 1989. Mereka menjelajahi desa-desa
di Indonesia dengan kegiatan seperti menyalurkan air bersih, memperbaiki rumah
desa, membersihkan rumah ibada, menanam
pohon serta membersihkan makam serta mengadakan diskusi dan pertunjukan seni.
3. Pemerintah
menempatkan Departemen Penerangan dalam posisi yang sangat penting. Departemen
Penerangan mengharuskan setiap media masa memiliki SIUPP dan mengendalikannya
secara ketat melalui Undang-Undang Pokok Pers No12 Tahun 1982 dan media yang
melanggar akan dibatalkan SIUPP-nya.
4. Untuk
mengendalikan mahasiswa gerakan mahasiswa maka diberlakukan Normalisasi
Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) pada tahun
1978.
Comments
Post a Comment